BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT
PERKEMBANGBIAKAN SECARA KULTUR
JARINGAN:
Pada
pembiakan secara kultur jaringan, bahan tanaman kelapa sawit dapat diperoleh
dalam bentuk bibit atu klon hasil pembiakan secara kultur jaringan (tissue
culture). Pengembangan kelapa sawit sistem kultur jaringan dimaksudkan
untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada bahan tanaman kelapa sawit yang
berasal dari biji yang umumnya memiliki keragaman dalam produksi, kualitas
minyak, pertumbuhan vegatatif, dan ketahanan terhadap hama – penyakit. Bibit
kelapa sawit yang diperoleh dengan sistem kultur jaringan ini disebut dengan
klon kelapa sawit.
Pembuatan
bibit klon dengan sistem kultur jaringan menggunakan bahan pembiakan yang
berasal dari tanaman hasil persilangan antara Deli Dura dan Pisifera yang
memiliki sifat – sifat unggul, yakni produksinya tinggi, pertumbuhan vegetatif
seragam, kualitas minyak baik, dan toleran terhadap hama dan penyakit.
Keuntungan
pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan di antaranya adalah
sebagai berikut :
- Pembiakan suatu varietas unggul
melalui sistem kultur jaringan berjalan dengan cepat, tidak terlalu
tergantung pada musim dan dapat dilaksanakan dengan sistem produksi bibit
yang terkendali.
- Pengendalian sistem produk
(bibit klon) secara menyeluruh sehingga produk (bibit) yang dihasilkan
seragam.
- Penyimpanan plasma nutfah untuk
tujuan produksi dan bank gen dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
- Perbanyakan pohon yang toleran
terhadap beberapa penyakit yang bersifat genetis dapat dilakukan secara
mudah, misalnya penyakit crown disease, genetic orange spotting,
dsb.
- Program pemuliaan dapat
dipersingkat karena pohon terpilih dari hasil pemuliaan langsung dapat
diperbanyak secara vegetatif.
Proses
atau langkah – langkah pembiakan kelapa sawit dengan sistem kultur jaringan
secara garis besarnya adalah sebagai berikut :
a.
Bahan Kultur jaringan
Bahan
kultur jaringan menggunakan pohon induk yang dipilih dari hasil persilangan
pohon ibu dan pohon bapak tebaik dari varietas Deli Dura X Pisifera. Kriteria
pemilihan pohon induk yang akan digunakan sebagai sel-sel pembiakan atau ortet
adalah sebagai berikut :
1).
Persilangan terpilih harus berproduksi 7 -9 ton minyak sawit/hektar/tahun dan
pohon yang dipilih memiliki potensi produksi 9 – 11 ton minyak/hektar/tahun.
2).
Kandungan asam lemak tidak jenuh di atas 54%
3).
Bebas penyakit tajuk (crown disease).
4).
Peninggian pohon berkisar antara 40 – 55 cm per tahun.
b.
Media
Media
untuk tempat menumbuhkan sel – sel pembiak adalah komponen yang tersusun dari senyawa
kimia yang mampu mendukung perkembangan dan pertumbuhan jaringan. Media tumbuh
ini terdiri atas unsur – unsur hara makro, mikro, protein, vitamin, mineral,
dan hormon pada dosis tertentu sehingga memberikan hasil optimum bagi
perkembangan jaringan.
c.
Metode
Seperti
telah dikemukakan di atas, perbanyakan bahan tanaman melalui kultur jaringan
dapat menggunakan teknologi Inggris (Unilever) atau teknologi perancis (CIRAD –
CP). Metode pembiakan kultur jaringan yang dilaksanakan oleh PPKS Medan adalah
metode CIRAD – CP yang dilaksanakan melalui lima tahap kegiatan sebagai
berikut.
Induksi
Kalus
Bahan
biakan adalah daun kelapa sawit yang manis muda (daun ke – 4, ke – 5, ke – 6
atau ke – 7) dan masih aktif. Daun Kelapa sawit tersebut diiris melintang berukuran
1 cm. Dari satu pohon induk dapat diperoleh sebanyak 1.200 bahan biakan atau
eksplan.
Pembentukan
Embrio
Waktu
yang dibutuhkan untuk pembentukan embrio dari kalus berbeda – beda, tergantung
pada klon yang digunakan.
Pembiakan
Embrio
Embrio
muda dipindahkan ke media baru untuk pematangan sekaligus perbanyakannnya.
Embrio tersebut dipelihara di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya
1.000 gross lux suhu 270C dan kelembaban udara 50% – 60%. Pematangan embrio
membutuhkan waktu 2 – 4 bulan. Kemampuan pembiakan embrio dari setiap klon
berbeda, tetapi tidak ada hubungannya dengan jenis persilangan. Pada embrio
yang sudah matang (mature) dapat ditumbuhi – pupus, embrio juga didapat
sebagai stock atau koleksi dalam tabung penyimpanan dengan teknik krioperservasi.
Penumbuhan
Pupus
Embrio
yang terpilih untuk penumbuhan pupus dipindahkan ke dalam media baru,
dikulturkan di dalam ruang pembiakan dengan intensitas cahaya 1.000 gross lux,
suhu 300C, dan kelembaban 50 – 60%. Penumbuhan pupus membutuhkan waktu 2 – 4
bulan.
Penumbuhan
Akar
Pupus
yang tumbuh dalam satu kelompok diseleksi untuk penumbuhan akar. Pupus yang
mempunyai ukuran lebih dari 6 cm disapih dari kelompoknya dan dimasukkan ke
dalam media induksi akar. Pupus yang masih berukuran kecil dipelihara kembali
dalam media penumbuhan pupus
PERKEBANGBIAKAN SECARA PEMBIBITAN:
Penyediaan benih
1) Diperoleh Sumber Benih Kelapa
Sawit
Sumber
benih yang baik dapat diperoleh dari balai-balai penelitian kelapa sawit,
terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan
(RISPA). Dalam penyediaan benih kelapa sawit, balai-balai penelitian tersebut
mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Delidura
dan pohon bapak tipe Pisifera terpilih.
2)
Penyediaan benih sendiri
Untuk
memperoleh buah / benih yang baik, penyerbukan yang terjadi pada bunga betina
dari pohon induk harus dilakukan secara terkontrol. Untuk maksud tersebut,
penyerbukan harus dilaksanakan secara buatan. Dalam penyerbukan secara buatan,
pohon induk untuk bunga betina yang digunakan adalah tipe Dura atau Delidura
terpilih seperti terdapat di Marihat research Station, sedangkan sebagai pohon
induk bunga jantan digunakan tipe Pisifera yang juga tersedia di Marihat
Research Station. Penyerbukan buatan diawali dengan penyediaan serbuk sari.
Beberapa saat sebelum bunga matang, bunga jantan dari pohon induk terpilih
dibungkus dengan kantung plastik transparan. Setelah bunga jantan tersebut
matang, lalu dipotong dan dibawa ke laboratorium untuk dipisahkan dari tandannya,
kemudian diangin-anginkan. Serbuk sari ini dimasukkan ke dalam tube dengan
mencampurkan 0,25 gram serbuk sari dengan 1 gram talk. Tube yang telah berisi
serbuk sari dimasukkan ke dalam sebuah botol kemudian divakumkan. Sambil
menunggu saat penggunaannya botol serbuk sari harus disimpan di dalam almari
pendingin (freezer). Pada pohon induk untuk bunga betina terpilih, tandan bunga
betina ditutup dengan kantung plastik transparan dan diberi label. Amati bunga
sampai mencapai tingkat matang reseptif. Ciri-ciri bunga betina yang telah
matang adalah : warna kepala putik menjadi kemerah-merahan dan telah terbuka
dan berlendir. Setelah bunga betina reseptif, serbukilah dengan serbuk sari
yang telah disiapkan. Satu tube campuran serbuk sari (0,25 gram serbuk sari + 1
gram talk) cukup untuk menyerbuki satu tandan bunga betina. Bunga betina yang
telah diserbuki diberi label dan ditutup dengan plastik transparan. Empat hari
kemudian penutup dibuka dan tandan bunga betina dibiarkan untuk pertumbuhannya
lebih lanjut. Setelah 6 bulan, tandan buah umumnya telah masak. Panen buah dan
benih dilakukan bila pada satu tandan telah terdapat paling sedikit satu buah
telah lepas dari tandannya.
Pengecambahan benih kelapa sawit
1)
Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
2)
Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah
dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
3)
Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci
biji dengan air dan masukkan ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 3 menit.
Keringanginkan dan seleksi untuk memberoleh biji yang berukuran seragam. Semua
benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 22 derajat C dan kelembaban 60-70%
sebelum dikecambahkan.
4)
Untuk mengecambahkan benih, dilakukan perendaman terlebih dahulu. Benih
direndam dalam ember berisi air bersih selama 5 hari dan setiap hari air harus
diganti dengan air yang baru.
5)
Setelah benih direndam, benih diangkat dan dikering anginkan di tempat teduh
selama 24 jam dengan menghamparkannya setebal satu lapis biji saja. Kadar air
dalam biji harus diusahakan agar tetap sebesar 17 %.
6)
Selanjutnya benih disimpan di dalam kantong plastik berukuran panjang 65 cm
yang dapat memuat sekitar 500 sampai 700 benih. Kantong plastik ditutup
rapat-rapat dengan melipat ujungnya dan merekatnya. Simpanlah kantong-kantong
plastik tersebut dalam peti berukuran 30 x 20 x 10 cm, kemudian letakkan dalam
ruang pengecambahan yang suhunya 39 0C.
7) Benih diperiksa setiap 3 hari
sekali ( 2 kali per minggu ) dengan membuka kantong plastiknya dan semprotlah
dengan air (gunakan hand mist sprayer) agar kelembaban sesuai dengan yang
diperlukan yaitu antara 21 – 22 % untuk benih Dura dan 28 – 30 % untuk Tenera.
8)
Setelah melewati masa 80 hari, keluarkan kantong dari peti di ruang
pengecambahan dan letakkan di tempat yang dingin. Kandungan air harus
diusahakan tetap seperti semula. Dalam beberapa hari benih akan mengeluarkan
tunas kecambahnya. Selama 15 – 20 hari kemudian sebagian besar benih telah
berkecambah dan siap dipindahkan ke pesemaian perkecambahan (prenursery ataupun
nursery). Benih yang tidak berkecambah dalam waktu tersebut di atas sebaiknya
tidak digunakan untuk bibit.
Pembibitan Kelapa Sawit
Lokasi/areal
untuk pelaksanaan pembibitan dengan pesyaratan : harus datar dan rata, dekat
dengan sumber air, dan letaknya sedapat mungkin di tengah-tengah areal yang
akan ditanami dan mudah diawasi. Lahan pembibitan harus diratakan dan
dibersihkan dari segala macam gulma dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman
(misalnya tersedia springkle irrigation), serta dilengkapi dengan jalan-jalan
dan parit-parit drainase. Luas kompleks pembibitan harus sesuai dengan
kebutuhan.
Terdapat
dua teknik pembibitan yaitu: (a) cara langsung tanpa dederan dan (b) cara tak
langsung dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui
dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan
utama(nursery)selama 9 bulan.
a)
Cara langsung
Kecambah
langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar seperti pada cara pembibitan.
Cara ini menghemat tenaga dan biaya.
(b)
Cara tak langsung
Cara
tak langsung dilakukan dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui
dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan persemaian
bibit(nursery)selama 9 bulan.
Tahap
pendederan (prenursery)
Benih
yang sudah berkecambah di deder dalam polybag kecil, kemudia diletakkan pada
bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya.
Ukuran
polybag yng digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm (lay flat).
Polybag
diisi dengan 1,5 – 2,0 kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi
lubang untuk drainase.
Kecambah
ditanam sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm.
Setelah
bibit dederan yang berada di prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4
– 5 helai, bibit dederan sudah dapat dipindahkan ke pesemaian bibit (nursery).
Keadaan
tanah di polybag harus selalu dijaga agar tetap lembab tapi tidak becek.
Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang
dibutuhkan oleh bibit.
Penyiraman
dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha memperoleh
kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan karena
siraman.
Pesemaian
bibit (nursery)
Untuk
penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar,
berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi
lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.
Polybag
diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag,
disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan)
dipesemaian bibit.Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar
berada pada permukaan tanah polybag besar dan tanahsekitar bibit dipadatkan
agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag besar kemudian disusun di atas
lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan hubungan sistem
segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm.
Kegiatan pemeliharaan bibit Kelapa Sawit di pembibitan
1)
Penyiraman; kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan dua kali dalam
sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah air yang diperlukan sekitar 9–18
liter per minggu untuk setiap bibit.
2)
Pemupukan; untuk pemupukan dapat digunakan berupa pupuk tunggal atau pupuk
majemuk (N,P,K dan Mg) dengan komposisi 15:15:6:4 atau 12:12:7:2.
3)
Seleksi bibit; seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan
pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan
setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir
dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke
lapangan setelah berumur 12-14 bulan. Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang,
dengan ciri-ciri: a) bibit tumbuh meninggi dan kaku, b) bibit terkulai, c) anak
daun tidak membelah sempurna, d) terkena penyakit, e) anak daun tidak sempurna.
Jenis
Kelapa Sawit.
Berdasarkan
ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa
jenis sebagai berikut :
- Dura memiliki cangkang tebal
(3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%.
- Tenera memiliki cangkang agak
tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%.
- Pisifera memiliki cangkang yang
sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen
minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu gugur
sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit.
Syarat
Tumbuh
Kelapa
sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan – hutan, lalu
dibudidayakan. Tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik
agar mampu tumbuh dan berproduksi secara optimal. Keadaan iklim dan tanah
merupakan faktor utama bagi pertumbuhan kelapa sawit, di samping faktor –
faktor lainnya seperti sifat genetika, perlakuan budidaya, dan penerapan
teknologi lainnya.
Iklim
Kelapa
sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130
Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan
Amerika Latin. Keadaan iklim yang dikehendaki oleh kelapa sawit secara umum
adalah sebagai berikut :
Curah hujan dan kelembaban
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah
tropik, dataran rendah yang panas, dan lembab. Curah hujan yang baik adalah
2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata sepanjang tahun. Daerah pertanaman
yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni antara
200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di
atas permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan
produksinya pun akan rendah.
Penyinaran matahari
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit
adalah 7-5 jam per hari.pertumbuhan kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal
baik karena berkat iklim yang sesuai yaitu lama penyinaran matahari yang tinggi
dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore atau malam hari.
Suhu
Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil
kelapa sawit. Suhu rata-rata tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit
berada antara 25-27 0C, yang menghasilkan banyak tandan. Variasi suhu yang baik
jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu semakin rendah hasil yang
diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga mengalami merata sepanjang
tahun.
Sifat fisis tanah
Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar
atau sedikit miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah
gembur, subur, permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat
dengan permukaan tanah.Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu
menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara
tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut
tebal. Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis
tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit.
Sifat kimia tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH
4,0-6,5 dan pH optimumnya antara 5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah
biasanya dijumpai pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah
organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral
dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH
rendah.
Persiapan
Lahan
Tanaman
Kelapa sawit sering ditanam pada berbagai kondisi areal sesuai dengan
ketersediaan lahan yang akan dibuka menjadi lahan kelapa sawit. Cara membuka
untuk tanaman kelapa sawit disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia.
- Bukaan baru (new planting)
pada hutan primer, hutan sekunder, semak belukar atau areal yang ditumbuhi
lalang.
- Konversi, yaitu penanaman pada
areal yang sebelumnya ditanami dengan tanaman perkebunan seperti karet,
kelapa atau komoditas tanaman perkebunan lainnya.
- Bukaan ulangan (replanting),
yaitu areal yang sebelumnya juga ditanami kelapa sawit.
Persiapan
lahan merupakan kegiatan yang sangat penting dan harus dilaksanakan berdasarkan
jadwal kegiatan yang sudah ditetapkan. Mengingat areal kebun kelapa sawit yang
cukup luas, pembukaan lahan dapat dilakukan sekaligus atau secara bertahap.
Namun, yang terpenting adalah keadaan kebun sudah siap dipanen dan dapat
memasok buah yang akan diolah ketika pabrik sudah siap berproduksi.
Pembukaan
Lahan Secara Mekanis
Pembukaan
lahan secara mekanis dilakukan pada areal hutan dan konversi yang ditumbuhi
oleh pohon – pohon besar. Pembukaan lahan secara mekanis ini terdiri dari
beberapa pekerjaan sebagai berikut : Babad pendahuluan, yaitu membabad
dan memotong pohon –kecil atau semak – semak yang tumbuh dibawah pohon besar, Menumbang,
memotong pohon – pohon besar yang berdiameter di atas 10 cm dengan menggunakan
gergaji mesin atau kapak, Merencek, memotong – motong cabang – cabang
dan ranting – ranting kayu yang sudah tumbang untuk memudahkan perumpukan, Merumpuk
yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan dan rencekan biasanya memanjang
arah utara-selatan agar dapat sinar matahari secukupnya dan cepat kering, dan Membakar
yaitu membakar rumpukan agar area bersih dari bahan – bahan yang tidak
diperlukan.
Penanaman
dan Penyulaman
Jenis
– jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah Pembuatan larikan tanaman
atau penempatan pancang, atau ajir tanam,Penanaman tanaman penutup tanah
kacangan, dan Penanaman Kelapa sawit.
1.
Pengajiran
Pada
tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman serta pancang sebagai
titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan ditanam. Pengajiran atau memancang
adalah menentukan tempat – tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit. Letak
ajir (pancang) harus tepat, sehingga terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat
dari segala arah, dan kelak setiap individu tanaman pun akan lurus teratur
serta memperoleh tempat tumbuh yang sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian,
tanaman mempunyai peluang utnuk tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang tidak
berbeda.
Sistem
jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m
X 9 m X 9 m. Dengan sisitem segitiga sama sisi ini, Jarak Utara-Selatan tanaman
adalah 7,82 m dan jarak antara setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan)
tanaman per hektar adalah 143 pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga
menggunakan jarak tanam 9,5 m X 9,5 m X 9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U-S)
8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar. Untuk mencapai ketepatan pengajiran,
pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan oleh pekerja yang terlatih.
2.
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang
tanam harus dibuat beberapa minggu sebelum penanaman agar tanah yang digali dan
lubang tanam mengalami pengaruh iklim sehingga terjadi perbaikan tanah secara
fisika ataupun kimia dan dapat dilakukan pemeriksaan lubang baik ukurannya
maupun jumlah per hektarnya. Pembuatan lubang yang dilakukan pada saat tanam
atau hanya 1-2 hari sebelum tanam tidak dianjurkan.
Lubang
tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, tetapi
ada juga yang hanya berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah
atas ditaruh di sebelah dan tanah bawah di sebelah selatan lubang. Ajir
ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai dibuat, ajir
ditancapkan kembali di tengah – tengah lubang. Apabila tanaman akan ditanam
menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras melingkari bukit, letak lubang
tanaman harus berada paling dekat 1,5 m dari sisi lereng. Untuk penanaman
kelapa sawit yang melingkari bukit, biasanya dibuat teras – teras terlebih
dahulu, baik teras individual maupun teras kolektif.
3.
Menanam
Kegiatan
menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit di Pembibitan utama,
Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit di setiap lubang, persiapan
lubang, menanam bibit pada lubang, dan pemeriksaan areal yang sudah ditanami.
4.
Tanaman Penutup Tanah
Penanaman
tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit. Tanaman
penutup tanah adalah tanaman kacangan (Legume cover crops, LCC) yang
ditanam untuk menutup tanah yang terbuka di antara kelapa sawit karena belum
terbentuk tajuk yang dapat menutup permukaan tanah. Penanaman tanaman kacangan
penutup tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat – sifat fisika, kimia dan
biologi tanah, mencegah terjadinya erosi, mempertahankan kelembaban tanah, dan
menekan tumbuhan pengganggu (gulma). Penanaman kacangan penutup tanah sebaiknya
dilaksanakan segera setelah pembukaan lahan selesai dilaksanakan.
Jenis
– jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum ditanam di perkebunan kelapa
sawit adalah Calopogonium caeruleum, Calopogonium mucunoides,
Pueraria javanica, Pueraria phaseoloides, Centrocema pubescens, Psophocarphus
palustries, dan Mucuna cochinchinensis.
Penyiangan
(pengendalian gulma)
Upaya
pengendalian gulma telah dilaksanakan dengan menanami tanah di antara tanaman
kelapa sawit (gawangan) dengan tanaman kacang penutup tanah dan membuat piringan
di sekeliling tiap individu tanaman. Bila pertumbuhan gulma tidak dikendalikan
dengan baik, maka berbagai macam gulma dapat tumbuh dengan subur dan mengganggu
(menyaingi) pertumbuhan tanaman pokok, menyebabkan keadaan kebun menjadi kotor
dan lembab. Pengendalian gulma pada tanaman menghasilkan dimaksudkan untuk
mengurangi terjadinya saingan terhadap tanaman pokok, memudahkan pelaksanaan
pemeliharaan, dan mencegah berkembangnya hama dan penyakit tertentu.
Secara
garis besar jenis – jenis gulma yang dijumpai pada perkebunan kelapa sawit
dapat digolongkan menjadi :
- Gulma berbahaya, yaitu gulma yang memiliki daya saing tinggi terhadap
tanaman pokok, misalanya lalang (Imperata cylindrica), sembung
rambat (Mikania cordata dan M. Micrantha), lempuyangan (Panicum repens),
teki (Cyperus rotundus), serta beberapa tumbuhan berkayu
diantaranya.putihani/krinyuh (Eupathorium odoratum syn. Chromolaena
odorata), harendong (Melastoma malabtrichum), dan tembelekan (Lantana
camara)
- Gulma lunak, yaitu gulma yang keberadaannya dalam budi daya tanaman
kelapa sawit dapat di toleransi, sebab jenis gulma ini dapat menahan erosi
tanah, kendati demikian pertumbuhannya harus dikendalikan. Yang termasuk
gulma lunak misalnya babadotan/wedusan (Ageratum conyzoides),
rumput kipahit (Paspalum conjugatum), pakis (Nephrolepis
biserata), dan sebagainya.
Pengendalian
gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut :
- Pengendalian gulma secara
manual, yaitu pengendalian gulma dengan
menggunakan peralatan dan upaya pengendalian secara konvensional, misalnya
dibabad, dibongkar dengan cangkul, digarpu dan sebagainya.
- Pengendalian gulma secara kimia, yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan
herbisida, baik yang bersifat kontak maupun sistemik.
- Pengendalian Secara kultur teknis,yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan tanaman
penutup tanah jenis kacangan.
Pemupukan
Pemupukan
tanaman bertujuan untuk menyediakan unsur – unsur hara yang dibutuhkan tanaman
untuk pertumbuhan generatif, sehingga diperoleh hasil yang optimal. Untuk
menentukan dosis pupuk yang tepat, sebaiknya dilaksanakan analisis tanah dan
daun terlebih dahulu. Dengan analisis tanah dan daun, maka ketersediaan unsur –
unsur hara di dalam tanah pada saat itu dapat diketahui dan keadaan hara
terakhir yang ada pada tanaman dapat diketahui juga
Urea |
|
225 kg/ha 1000 kg/ha |
TSP |
|
115 kg/ha 750 kg/ha |
MOP/KCl |
|
200 kg/ha 1200 kg/ha |
Kieserite |
|
75 kg/ha 600 kg/ha |
Borax |
|
20 kg/ha 40 kg/ha |
Pemberian pupuk pertama sebaiknya pada awal musim
hujan (September - Oktober) dan kedua di akhir musim hujan (Maret- April).
POC NASA
a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :
POC NASA
a. Dosis POC NASA mulai awal tanam :
0-36 bln
|
2-3 tutup/ diencerkan
secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 4 - 5 bulan sekali
|
>36 bln
|
3-4 tutup/ diencerkan
secukupnya dan siramkan sekitar pangkal batang, setiap 3 – 4 bulan sekali
|
b. Dosis POC NASA pada tanaman yang sudah produksi tetapi tidak dari awal memakai POC NASA
Tahap 1 : Aplikasikan 3 - 4 kali berturut-turut dengan interval 1-2 bln. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Tahap 2 : Aplikasikan setiap 3-4 bulan sekali. Dosis 3-4 tutup/ pohon
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.2.3.)
Pemangkasan
Pemangkasan
atau disebut juga penunasan adalah pembuangan daun – daun tua atau yang tidak
produktif pada tanaman kelapa sawit, pada tanaman muda sebaiknya tidak
dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada
saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan. Adapu tujuan
pemangkasan adalah:
- Memperbaiki sirkulasi udara di
sekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan secara alami
- Mengurangi penghalangan
pembesaran buah dan kehilangan brondolan buah terjepit pada pelepah daun.
- Membantu dan memudahkan pada
waktu panen
- Mengurangi perkembangan epifir
- Agar proses metabolisme tanaman
berjalan lancar, terutama proses fotosintesis dan respirasi.
Terdapat
tiga jenis pemangkasan yaitu:
a.
Pemangkasan pasir
Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b. Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
c. Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.
Membuang daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b. Pemangkasan produksi
Memotong daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) untuk persiapan panen umur 20-28 bulan.
c. Pemangkasan pemeliharaan
Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Tanaman
kelapa sawit dapat diserang oleh berbagai hama dan penyakit tanaman sejak di
pembibitan hingga di kebun pertanaman. Hama dan penyakit dapat merusak bibit,
tanaman muda yang belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman yang sudah
menghasilkan (TM).
Beberapa
jenis hama dan penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar pada bibit,
tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Oleh karena
itu, pengendalian terhadap hama dan penyakit perlu dilaksanakan secara baik dan
benar.
Pengendalian
hama dan penyakit dapat dilaksanakan secara manual, kimia, atau biologis sesuai
dengan hama dan penyakit yang menyerang. Selain serangan hama yang tergolong
jenis serangga, bibit dan tanaman muda juga sering diserang oleh hewan besar
jenis mamalia terutama bila kebun kelapa sawit dibuka pada lahan yang
sebelumnya berupa hutan, baik hutan primer maupun hutan sekunder.
a.
Hama
Hama
yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit biasanya terbagi menjadi hama perusak
akar, hama perusak daun, hama perusak tandan buah.
a.1.
Hama Perusak Akar.
Hama
yang sering merusak akar kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus
cocophilus. Gangguan nematoda ini dijuluki red ring disease. Hama
ini menyerang akar tanaman kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari kelapa sawit
yang terserang adalah pusat mahkota mengerdil dan daun – daun baru yang akan
membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Daun berubah warna menjadi kuning
kemudian mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak membuka sehingga tidak
menghasilkan buah.
a.2.
Hama Perusak Daun
Ada
beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman kelapa sawit, di antaranya adalah
sebagai berikut :
a.
Kumbang Tanduk (Oryctes rhynoceros)
Kumbang
tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang baru ditanam hingga
berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk kedaerah titik tumbuh (
pupus ) dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun muda yang masih lunak.
Pengendalian
hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya pencegahan (preventif), yaitu
menghambat perkembangan larva dengan mengurangi kemungkinan kumbang bertelur
pada medium yang tersedia, yakni dengan cara sebagai berikut :
membakar sampah – sampah dan bagian pohon yang
mati, agar larva hama terbakar dan mati mempercepat tertutupnya tanah dengan
tanaman penutup tanah dengan tanaman penutup tanah agar dapat menutup bagian –
bagian batang hasil tebangan pada saat pembukan lahan yang membusuk di lokasi
kebunPemberian bahan pengusir, misalnya kapur barus yang diletakkan pada batang
kelapa sawit yang mulai membusuk (pada pembukaan ulangan)
b.
Ulat Setora (Setora nitens)
Ulat
setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman muda dan tanaman sudah
menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini kadang – kadang memakan
daun kelapa sawit hingga ke lidinya.
Pengendalian
Hama ulat setora dapat dilakukan secara hayati dan secara kimia.
Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami
seperti parasit telur yaitu lebah Trichogrammatidae I dan lebah
Ichneumonidae, serta perusak kokoh yaitu lalat Tachinidae
c.
Ulat Siput (Darna trima Mooore)
Ulat
Darna trima menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman muda, meskipun
sering pula menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat dapat
menimbulkan kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada
setiap pelepah kelapa sawit.
Pengendalian
ulat Darma trima dapat dilaksanakan secara kimia dan hayati.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot tanaman yang terserang
dengan insektisida. Pengendalian secara hayati dapat menggunakan musuh alami
seperti parasit ulat yaitu lebah Broconidae, meskipun hasilnya tidak
seefektif cara kimia.
d.
Serangga Asinga (Sethothosea Asigna)
Ulat
dari hama ini menyerang daun kelapa sawit terutama daun yang menyerang dalam
keadaan aktif, yaitu daun nomor 9 – 25. Hama ini merupakan salah satu hama
utama yang menyerang tanaman kelapa sawit di sentra perkebunan kelapa sawit
Sumatera Utara. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kimia dan secara
hayati. Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida, pengendalian
secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami.
b.
Penyakit
a.
Penyakit Tajuk (Crown disease)
Biasanya
menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun. Bagian yang diserang
adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit ini tidak bisa diberantas, tetapi
hanya bisa dilakukan pembuangan bagian yang terserang untuk memperbaiki bentuk
tajuk dan mencegah infeksi dari jamur Fusarium sp.
b.
Basal Steam Rot
Penyebabnya
adalah Ganoderma sp. Gejala pada tingkat serangan pertama secara visual
sukar diamati. Pada tingkat yang lebih lanjut, cabang daun bagian atas
terkulai, selanjutnya pohon akan mati. Pemberantasan yang efektif sampai
sekarang belum ada.
c.
Marasmius
Penyakit
marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah. Pemberantasan
dilakukan dengan membersihkan pohon.
Panen
dan Pengolahan Hasil Panen
Panen
Tanaman
kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2-3 tahun. Buah
akan menjadi masak sekitar 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah
kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulitnya. Buah akan berubah
menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada
daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas
dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.
Proses
pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah
masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan
hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah
matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen serta mutu panen.
Proses
pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah
masak, memungut brondolan dan mengangkutnya dari pohon ke tempat pengumpulan
hasil (TPH) serta ke pabrik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah
matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu
panen.
1.
Kriteria matang Panen
Kriteria
matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah
pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan
minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB
atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah
berdasarkan jumlah brondolan, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun,
jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10
tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara praktis digunakan
kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat dua
brondolan.
2.
Cara panen
Berdasarkan
tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa
sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 m digunakan cara panen
jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen
dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan
untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m dengan menggunakan alat arit
bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang
menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan.
3.
Persiapan Panen
Untuk
menghadapi masa panen dan agar proses dapat berjalan dengan lancar, tempat
pengumpulan hasil (TPH) harus disiapkan dan jalan untuk pengangkutan hasil
harus diperbaiki. Para pemanen harus disiapkan peralatan yang akan digunakan.
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar anda.....!!!!!